[Opini] Bagai Pedang Bermata Dua, Pengaruh Era Digital terhadap Toleransi dan Keberagaman

Indonesia terdiri dari banyak pulau seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan pulau-pulau lainnya yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda-beda. Misalnya saja di Jawa mayoritas penduduknya menganut agama Islam, sedangkan di Bali mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Walaupun begitu, masyarakat Indonesia masih saling menghargai dan menghormati antar beda agama sebagai bentuk pengamalan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda, tetapi tetap satu. Oleh karena itu, pada saat perumusan Pancasila, sila ke-1 diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" karena penduduk Indonesia tidak hanya orang Islam, melainkan ada pula yang Kristen, Hindu, Buddha dan lainnya.

Sekarang Indonesia mulai memasuki era digital dan hampir segala hal baik yang positif maupun negatif termudahkan oleh adanya teknologi saat ini. Salah satunya adalah media sosial. Saat ini hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses media sosial yang juga beragam. Ada media sosial yang berupa blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual seperti game online. Bahkan masyarakat Indonesia juga mulai membuat media sosial sendiri dan contohnya adalah jejaring sosial bernama Sebangsa.
Dengan merambahnya era digital di Indonesia, sekarang masyarakat Indonesia dapat berekspresi lebih luas dan tidak harus terkait tempat dan waktu atau harus bertemu di dunia nyata, melainkan cukup duduk di rumah dan mengekspresikan pendapat atau lain-lainnya di dunia maya melalui gadget. Dengan begitu, masyarakat bisa menebar kebaikan lebih banyak dan lebih leluasa, tetapi begitu pula dengan keburukan. Terkadang tidak semua masyarakat memberikan dampak yang positif bagi orang lain di dunia maya, tetapi juga dapat berupa dampak yang negatif.

Misalnya saja dewasa ini game online sedang maraknya digemari oleh masyarakat Indonesia terutama anak-anak dan remaja. Anak-anak cenderung suka bermain game karena menyenangkan dan terkadang mereka bisa menjadi terlalu kompetitif dan ambisius sehingga saat mereka tidak bisa memenangkan game itu dari orang lain, mereka menjadi marah dan menyimpang dari tujuan bermain game, yaitu mencari kesenangan. Hal ini sering terjadi di Indonesia yang mayoritas pemain gamenya masih anak-anak dan remaja. Bahkan terkadang mereka juga tidak segan mengekspresikan perasaan marah mereka terhadap lawan mainnya dengan kata-kata kasar hingga menyinggung agama atau ras lawannya yang padahal baru saja mereka kenal dalam game. Mereka juga tidak takut atas perbuatan mereka karena mereka hanya melakukannya di dunia maya dan tidak bertemu langsung dengan orangnya. Tentunya hal ini menunjukkan bahwa adanya perusakan moral sejak masih anak-anak melalui bermain game terutama akibat rasa kompetitif yang tinggi. Jika hal ini sudah mulai dilakukan seseorang sejak masih kecil, akan sulit untuk dihilangkan nantinya dan saat dia bersikap seperti ini di dunia maya, orang lain juga akan terpengaruh dan mulai ikut bersikap kasar seperti itu sehingga hal ini akan terus berlanjut dari satu ke yang lainnya.

Namun, ada pula banyak dampak positif yang dapat dilihat dalam toleransi dan keberagaman di era digital ini. Contohnya saja dalam jejaring sosial masyarakat Indonesia bisa saling berinteraksi dan berkenalan dengan orang-orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke atau bahkan orang-orang di dunia tanpa harus bertatap muka sehingga kita bisa menambah teman sekaligus mengenal budaya mereka hanya melalui jejaring sosial. Hal itu dapat menambah ilmu kita mengenai keberagaman yang ada di Indonesia dan dunia sehingga kita dapat lebih memahami budaya mereka, lebih menjunjung tinggi semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari setelah mengetahui bahwa kita tidak hidup dalam dunia yang hanya memiliki budaya yang kita ketahui atau kenali. Contohnya saja ada negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, negara yang penduduknya menganut atheisme, negara yang menganut liberalisme dan masih banyak keberagaman di segala aspek yang belum kita kenali. Terutama di ASEAN, sekarang MEA menjadi pusat perhatian segala masyarakat ASEAN yang menjadi kunci kesuksesan tiap negara di ASEAN sehingga saling menjaga hubungan antar negara adalah hal yang penting dalam meraih sukses bersama di MEA ini. Oleh karena itu, jejaring sosial benar-benar dapat membantu masyarakat Indonesia dalam hal ini karena semua masyarakat bisa berpartisipasi baik pemerintah maupun rakyat.

Dari masing-masing contoh dampak positif dan negatif yang terlihat dari pengaruh era digital terhadap toleransi dan keberagaman di masyarakat, kita bisa menilai bahwa itu semua kembali lagi ke diri kita masing-masing dalam menyikapi era digital ini. Jika kita menyikapinya dengan baik, kita bisa mendapatkan hal yang baik dan berguna pula bagi diri kita maupun orang lain. Namun, jika kita menyepelekannya dan mungkin berpikir bahwa kita memiliki hak untuk mengekspresikan apa yang memang ingin kita ekspresikan walaupun itu hal yang buruk di dunia maya, kita bisa mendapatkan balasan yang buruk pula dan itu juga terhitung sebagai pelanggaran hak orang lain karena keegoisan kita.

Artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog yang diselenggarakan oleh ICRS dan Sebangsa.



Komentar