Dimulai dari Konsumsi Berkualitas untuk Langit Biru Esok Hari

Proyek Langit Biru Cilacap

Saat ini perkembangan teknologi menjadi sebuah kunci kesuksesan dalam menghadapi era globalisasi yang semakin luas pengaruhnya di berbagai kegiatan sehari-hari. Hal itu menyebabkan kebutuhan masyarakat juga menjadi lebih kompleks daripada sebelumnya untuk mengiringi perkembangan zaman. Misalnya saja kendaraan bermotor.

Sebelum adanya kendaraan bermotor, masyarakat cenderung memilih untuk berpergian menggunakan sepeda atau jalan kaki. Namun, yang terjadi di lingkungan kita sekarang ini sudah menjadi kebalikannya. Keberadaan kendaraan bermotor ini memberikan banyak sekali manfaat seperti hemat waktu dan hemat biaya, tetapi di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif seperti peningkatan polusi dan peningkatan kebutuhan sumber daya alam.

Peningkatan kebutuhan SDA ini mampu menjadi kendala jangka panjang karena ketersediaan sumber daya alam cenderung terbatas dan hal itu berkebalikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah. Oleh karena itu, di sini peran generasi “zaman now” sangat dibutuhkan agar konsumsi masyarakat dapat optimal dan produktif.

Peralihan BBM RON 88 ke RON 92 dari Sudut Pandang Pemerintah

Di sisi pemerintah, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pengelolaan alokasi sumber daya yang tepat menjadi tantangan utama pemerintah. Dalam penyediaan kebutuhan BBM di kalangan masyarakat Indonesia, Pertamina dipercayai untuk menjadi produsen utama. Beberapa jenis BBM yang telah tersedia adalah Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus.
Ke depannya sudah tidak diragukan lagi bahwa BBM dapat dikatakan menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat sehingga pemerintah perlu mempersiapkannya dengan baik. Dengan adanya penerapan standardisasi BBM berkualitas Euro 4, Indonesia wajib mulai menerapkan penggunaan BBM berkualitas Euro 4 tersebut mulai September 2018 nanti. Ada pun jenis BBM berkualitas Euro 4 tersebut adalah minimal Pertamax yang memiliki RON 92.
BBM Berkualitas Standard Euro 4
Ada pula prediksi dari Direktur Pengolahan PT Pertamina, Rachmad Hardadi, bahwa pada 2023 Indonesia akan mampu swasembada BBM dengan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di beberapa kilang sukses direalisasikan. Salah satu proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) tersebut adalah Proyek Langit Biru Cilacap.
Untuk memenuhi standardisasi tersebut secara bertahap, Pertamina mulai mengonversikan sebagian besar Premium menjadi Pertamax yang sudah memiliki RON 92 dan memenuhi standard agar para konsumen bisa menikmati BBM yang lebih berkualitas. Namun, tentunya perubahan ini juga tidak bisa diterima langsung oleh masyarakat terutama yang telah terbiasa menggunakan Premium. Terlebih lagi, hasil konversi dari Premium menjadi Pertamax juga sedikit secara kuantitas sehingga masih bisa dikatakan ketersediaannya terbatas. Oleh karena itu, beberapa waktu yang lalu Pertamina mulai mengenalkan Pertalite.
Peluncuran Pertalite ini mendapatkan respon positif dari publik respons positif publik yang dibuktikan dengan permintaannya yang kian melambung dan semenjak ada pertalite penjualan Premium menurun dari 78 persen menjadi 68 persen sehingga bisa dikatakan Pertalite mampu menggerakkan masyarakat untuk mulai beralih ke BBM yang lebih berkualitas. Ada pun perbedaan spesifikasi antara Premium, Pertalite, dan Pertamax adalah sebagai berikut.
Berdasarkan spesifikasi di atas, Pertalite bisa dikatakan menjadi alternatif yang baik sebagai bentuk transisi BBM ke RON 92 nantinya karena mampu meningkatkan performa mesin kita dengan harga yang terjangkau dan juga lebih ramah lingkungan.


Peralihan BBM RON 88 ke RON 92 dari Sudut Pandang Masyarakat

Konsumsi Premium sebagai BBM utama kendaraan bermotor masyarakat Indonesia sudah menjadi kebiasaan tersendiri karena selain merupakan BBM bersubsidi, kuantitas yang bisa didapatkan dari Premium dengan harga tertentu mungkin lebih banyak dibandingkan dengan Pertamax. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang menjadi dasar sekaligus batasan dalam menentukan jenis konsumsi BBM masyarakat adalah biaya.

Tiap orang pasti membandingkan biaya dan manfaat atas sesuatu sebelum mengambil putusan agar dapat mencapai kepuasan maksimalnya. Namun, dalam perhitungan tersebut, biasanya selalu ada biaya yang tidak diperhitungkan, yaitu biaya sosial.

Biaya sosial ini bermacam-macam dan bisa berupa dampak penggunaan BBM tidak ramah lingkungan secara terus menerus dalam jangka pendeknya terhadap kondisi di masa yang akan datang. Hal ini diakibatkan karena masyarakat cenderung hanya melihat manfaat jangka pendek daripada manfaat jangka panjangnya sehingga manfaat yang didapatkan dari konsumsi tersebut juga belum optimal. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih memperhatikan keterlibatan diri mereka dalam lingkungan sosial (social involvement) karena konsumsi masyarakat dengan kualitas yang baik di hari ini juga berpengaruh pada masa yang akan datang.



Simpulan

Secara keseluruhan, peralihan BBM RON 88 ke RON 92 adalah suatu langkah yang tepat dan sesuai dengan salah satu pilar tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia, yaitu energi bersih dan terjangkau. Selain itu, adanya revitalisasi kilang minyak dan peralihan preferensi konsumsi masyarakat terhadap BBM yang lebih baik juga memberikan manfaat tersendiri sehingga keduanya bersinergi layaknya visi dan misi




Referensi bacaan:

Komentar